Selasa, 06 Maret 2012

Contoh

Contoh artikel

narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.[rujukan?] Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Narkotika berasal dari bahasa Inggris "narcotics" yang artinya obat bius. Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman Papaper Somniferum (Candu), Erythroxyion coca (kokain), dan cannabis sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran. Cara kerjanya mempengaruhi susunan syaraf yang dapat membuat kita tidak merasakan apa-apa, bahkan bila bagian tubuh kita disakiti sekalipun. Jenis-jenisnya adalah:

pergaulan-persahabatan

PERGAULAN-PERSAHABATAN



Salah satu aspek terpenting pada rentang hidup dan kehidupan manusia adalah pergaulan sosial. Pergaulan [menyangkut, kenal dan kenalan, kawan, teman, dan sahabat atau persahabatan] dapat terjadi pada setiap waktu dan semua tempat, serta dengan semua pihak; juga sesuai dengan sikon kemanusian serta profesi masing-masing.
Namun, bisa terjadi manusia salah bergaul, dan membangun persahabatan, sehingga ada semacam larangan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk
merusakkan kebiasaan yang baik," 1 Kor 15:33. Jadi, ada dua model pergaulan,
Pertama, pergaulan yang salah dan buruk. Pergaulan yang salah, bukan berarti adanya larangan dan batasan karena tingkat sosial dan SARA, dan lain-lain, tetapi lebih menyangkut sikap dan perilaku buruk. Pada hubungan antar manusia, perlu batasan etis dan moral agar tercipta keteraturan dan ketertiban sosial. Oleh sebab itu, penulis Amsal mengatakan,
“Tidak atau jangan bergaul ... orang yang bocor mulut ...,” Am 20:19, pelahap ..., Am 28:7, “... orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, penipu,” 1 Kor 5: 9-13; “... orang-orang yang tidak tertib hidupnya,” 2 Tes 3:14.
Persahabatan yang buruk bisa terjadi disemua rentang hidup dan kehidupan seseorang; di hampir semua rentang usia; pada semua tataran hubungan dan pergaulan sosial; bisa terajdi pada semua lapisan masyarakat; dan juga pada semua profesi. Pada umumnya, hubungan persahabatan yang buruk biasanya berdampak pada ketidakaturan [kekacauan, kehancuran, kerusakan] hubungan antar manusia; bahkan dalam lingkungan hidup dan kehidupan yang lebih luas.
Kedua, persahabatan yang benar. Persahabatan yang benar merupakan teman dalam kesusahan, Am 17:17; ia adalah sahabat sejati, Yoh 15:13, yang selalu ada dan tampil ketika dibutuhkan.
Sahabat yang menjaga persahabatan melalui saling pengertian, mengerti dan memahami. Ia memperlakukan sahabatnya sebagai “Aku dan Engkau, bukan Aku dan Benda” artinya Engkau mempunyai kebebasan penuh untuk bersikap dan mengambil tindakan sendiri sesuai dengan pikiran engkau. Jadi, dalam persahabatan, walau ada kedekatan, keakraban, serta segala sesuatu terjadi hampir tak berbatas, tetapi bukan berarti seorang sahabat kehilangan jatidiri atau kepribadiannya karena persahabatan itu sendiri.
Persahabatan yang baik [ada ikatan philia, kasih persahabatan], mempunyai ciri-ciri, antara lain, melintasi batas-batas SARA; adanya kesetiaan; kebersamaan; dan keterbukaan serta kejujuran. Pada umumnya, persahabatan yang baik selalu menghatar pada suasana penuh kedamaian dan kesejahteraan. Mungkin, bisa terjadi perbedaan [karena berbagai alasan] dalam persahabatan, namun biasanya membawa pada perbaikan atau kearah yang lebih baik.
Persahabatan yang baik pun, bisa terjadi berbagai penyimpangan. Misalnya, adanya solidaritas keliru; ekploitasi untuk mencapai keuntungan. Solidaritas yang keliru dalam persahabatan biasanya merupakan toleransi pada tindakan-tindakan buruk; bahkan menyembunyikan kesalahan dan berbagai tindak kriminal yang dilakukan sahabat tetap dan terus menerus dalam keadaannya yang buruk. Eksploitasi persahabatan, biasanya berupa meraih keuntungan materi, kedudukan, dan untuk memperoleh kemudahan-kemudahan tertentu [karena adanya ikatan persahabatan].




Rabu, 25 Januari 2012

Etika Pergaulan Dalam Islam










“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]:13)

Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.
Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.
Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat [49]:13)
Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.
Ta’aruf. Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.
Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.”
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).
Ta’awun. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya. Wallahu a’lam bishshawab